Hutan pinus ungaran tampak menghijau. Beberapa lokasi masih rimbun, namun beberapa lokasi sudah gundul. Mungkin memang pinus disini dimanfaatkan warga untuk pendapatan ekonomi daerah sekitar. Dari dulu pasti ada peandangan satu sisi ditebang, satu sisi ditanami. Jalan stabil dan datar hingga 10 menit pertama, setelah itu jalan mulai mendai. Cukup 30 menit untuk sampai pos 2. Jarum menit menunjuk pada angka 9. Jam 3.45 pm, artinya tinggal 2 jam lagi masuk waktu berbuka
![]() |
Promasan |
“sedikit lagi sampai!”
Aku memang sedikit hapal tempat ini, karena ini pendakianku yang ke 6 di Ungaran. “Bismillah..” Kuminum sedikit bekalku. Lima menit kemudian, aku melihat dataran tertinggi dari Ungaran. Kupastikan itu adalah puncak. Surya sudah benar-benar tenggelam bersama sinarnya. Senter kunyalakan untuk menerangi lokasi-lokasi lain untuk pendirikan tenda, setelah beberapa waktu, akupun menemukan lokasi yang pas. Gelap semakin menandakan malam benar-benar sudah menyelimuti. Setelah sholat magrib, tidak sampai 20 menit tenda sudah berdiri. Kusinari lagi sekeliling lokasi, lalu aku memutuskan untuk istirahat di dalam tenda.
“Sudah kuduga aku akan sendirian disiini” Kataku dalam hati, “tidak ada yang akan mau mendaki di bulan puasa”
Bekalpun kubuka, benar-benar sedap makanan yang dimakan saat terasa sangat lapar. Aku mengira hal berat sudah terlewati, namun ternyata yang lebih berat sebentar lagi datang.
– – – – – – –
06.45 pm
Yup…memang terjadi. Hal yang lebih berat memang benar-benar datang. Hujan deeras di sertai angin kencang.
Pertama tama angin dingin datang, cukup kencang membuat tendaku sedikit bergoyang. Baru kubenahi patok tendanya tiba-tiba dilanjut dengan hujan yang turun sangat deras bebarengan dengan petir, hanya dalam jangka 20 menit dari malam yang damai, menjadi malam mimpi buruk. Air masuk dalam tenda karena aku membawa tenda yang salah, tenda yang agak kecil dan tanpa Flysheet sebagai penutup tenda.
Hujan masih sangat deras, bahkan dengan guntur. Aku terdiam beberapa saat hingga akhirnya tertidur.
– – – – – – – –
11.00 pm
Detik berjalan, dan menit pun mengikuti, aku terbangun dengan kondisi basah pada bagian sleeping bag bawah yang tidak terbungkus flysheet. Kulihat jam yang ternyata menunjuk angka 11 malam. Aku tertidur empat jam. Ku cek beberapa peralatan dan bekal.
![]() |
Jus 21 di tanggal 21 |
Setelah kupastikan semua masih ada walau masih basah, kurapikan tendaku. 4 rakaat isya dan 4 rakaat terawih kulakukan didalam tenda karena di luar masih agak gerimis. Ditengah sholat terdengat suara berisik di luar seperti orang mendirikan tenda, sedikit ada rasa lega bahwa aku tidak sendirian. Namun harapan itu sia-sia setelah kupastia yang berisik hanya patahan kayu yang tergesek ilalang. Artinya memang aku Cuma sendiri. Setelah alarm jam tangan ku setel jam 4 aku lanjutkan tidurku.
![]() |
Badai jam 7 pm – 10 pm |
– – – – – – – – –
04.00 am
Dan waktu menunjuk angka 4..
Sedikit sahur masih tersisa, baik makanan maupun waktu. Cuaca sepertinya sudah membaik walau berkabut. Satu jam kemudian matahari sudah mulai terbit. Belum terlalu terang, pendaki yang kutemui hari sebelumnya baru pada terlihat. Rupanya mereka membuat camp di sabana ilalang karena hujan badai semalam. Setelah bersapa, kuputuskan segera pulang agar tidak terlalu siang.
![]() |
Cuaca pagi cerah di puncak |
Ok ungaran dengan 2050 mDplnya sekali lagi terdaki,
Dan lebih spesial di bulan ramadhan, dengan tetap bisa menjalankan perintah-perintahNYA. Mungkin tantangan akan terasa lebih bila yang dimaksud pendakian di atas 3.000 mDpl, seperti Merbabu, atau Lawu.
Suatu saat…..
Ramadhan 21 Juli 2014
Foto-foto lain
![]() |
Sunrise tertutup kabut |
![]() |
(Masih) sunrise yang tertutup kabut |
![]() |
Jam 6 pagi |
![]() |
Sebuah penyemangat |
![]() |
Selamat tinggal, sampai ketemu lagi ungaran |
Wah, seru ke gunung. Semoga Ramadhan kali ini ada tulisan lanjutan ke gunungnya.
insyaAllah kang ….. insyaAllah 😀