Pasang Surut : Pengukuran Pasang Surut Dan Korelasi Terhadap BM (Benchmark)

April 9, 2020
Yuwono Wikan Driyogo
Halo..ketemu lagi dengan saya.
Beberapa hari yang lalu saat saya ada pekerjaan pengerukan laut, ada kawan yang request bagaimana cara mendapatkan data pasang surut, berikut penghitungannya untuk menentukan data riil kedalaman.

Oke mungkin ini hari yang bagus untuk belajar bersama cara mencarinya. Siap??


Oh iya untuk mempermudah penyebutan pasang surut air laut, akan saya gunakan kata pasut untuk menyederhanakan.

Baca juga : Menghitung Data Riil Kedalaman Perairan dari Data GPS Map sounnder 585 S
 

Pasut memang salah satu parameter penting untuk mencari data riil kedalaman, oleh karena itu pengukuran pasut tidak boleh asal-asal dan harus benar. Dalam pekerjaan kontruksi sipil seperti pengerukan dan dermaga, biasanya pasut yang di gunakan sebagai patokan adalah LWS (Low Water Spring).

 Baca Juga : Membuat Kontur Dengan Autocad LD Part I

LWS sendiri  adalah muka air laut surut terendah. LWS nantinya akan dikaitkan dengan data hasil survey topografi dan penggambaran peta batimetri. Peta inilah nantinya yang akan digunakan untuk merencanakan pekerjaan pengerukan atau juga bisa untuk desain penempatan dermaga yang berkorelasi  pada kedalaman yang di butuhkan.

Pembahasan Pasut nantinya akan merembet ke BM (Benchmark). BM..? apalagi ini? 😀
Benchmark merupakan patok permanen yang terbuat dari beton dengan ukuran tertentu, biasanya berbentuk kubus dengan keterangan disisi-sisinya. Patok atau titik ini sudah mempunyai koordinat global dan elevasi yang tetap atau sudah diketahui nilai XYZ.

 Baca Juga : Membuat Cross Section Dan Keterangan Grid Part I 

Penentuan koordinat dan elevasi patok tersebut menggunakan alat GPS (Global Position System) dengan akurasi yang tinggi. Untuk lokasi di dekat laut biasanya di bantu dengan data pasang surut setidaknya 10 tahun yang di hitung dengan perhitungan metode admiralty.
Fungsi Patok BM ini sebagai referensi atau acuan dalam pengukuran di sekitar titik BM. Sebagai contoh saat melakukan pengukuran peta situasi dan kontur tanah, atau kontur laut. Dari BM kita bisa menentukan dimana lokasi di bangun berdasarkan topografi maupun kelayakan lokasi, selain itu juga untuk menentukan penghitungan kedalaman saat pengukuran bathimetri, dan penghitungan pasut.

Dari semua pengukuran pengukuran itu harus menggunakan referensi BM. Dari sini lah mengapa kita membahas BM, Karena memang sangat berhubungan dengan pasang surut. Tapi ini hanya kulit luarnya ya. Kita bahas nanti saja terkait BM dari cara pembuatan hingga fungsional yang lebih banyak dan detail.

Baca Juga : Cara Menggunakan GPS Map Sounder 585 S

Oke lah daripada makin kemana-mana, kita langsung ke teknis kerja saja

1.  Yang pertama tentu siapkan tim dan alat kerja. Alat kerja berupa palem pasut, GPS, Alat tulis, dan waterpass. Saya Menggunakan GPS map sounder 585 S, ada yang seri lebih baru namanya GPS map sounder 585 plus. Tapi kurang lebih sama.
Formulir pencatatan pasang surut
Waterpass
GPS map sounder

palem pasang surut
2.  Bagilah tim menjadi 2. Tim topografi, dan tim pasang surut. Tim topografi bertugas untuk mencari BM di sekitar lokasi kerja, bisa juga menghubungi instansi terkait, biasanya instansi sudah mempunyai data lengkap terkait BM dari lokasi, elevasi, maupun koordinatnya.
3.  Bila BM sudah ketemu, tariklah ke lokasi pasang surut dengan alat waterpass, kita akan memfokuskan fungsional BM terhadap pasut. 
4.  Dalam pengukuran BM pastikan garis ukur berada di top BM ya, biasanya ada paku logam di atas BM, dan informasi elevasi BM bukanlah elevasi lahan, tapi elevasi BM.

5.  Titik yang di jadikan patokan kita namakan titik bantu, tandai titik bantu dan arahkan waterpass pada titik bantu untuk mengetahui elevasi. Untuk mencari elevasi titik bantu mudah. Perhatikan gambar di bawah

Kita bisa mengetahui elevasi titik bantu dengan rumus TB = BM + poA – poC
Sehingga elevasi titik bantu adalah : 3 + 1,5 - 1 = 3,5

Baca Juga : Mapsource_Download data GPS Dan Merapikan

6.  Tim Pasut mulai bergerak
Pasang palem pasut di dekat titik bantu sedekat mungkin. Usahakan level top dari palem pasut adalah angka dari elevasi di titik bantu. Maksudnya samakan antara elevasi titik bantu dengan top pasut, tapi misal tidak memungkinkan tidak masalah, cukup turunkan palem parut 1 atau 2 m ke bawah, namun saat pengukuran tambalah nilai pasut sejumlah angka palem pasut di turunkan. 

Misal level air ada di 0,5 dan top palem pasut kita turunkan 1 m, maka angka yang kita catat adalah 1,05 hasil dari 1 + 0,5. Mudah kan? Ini hanya perhitungan matematika biasa
7.  Perhatikan saat pemasangan palem pasut, salah satunya pastikan palem selalu terendam saat surut, jangan sampai palem pasut nggantung hingga surut melewati garis paling bawah. Lihat metode lengkap pemasangan pasut di web ini : Pasang Surut Air Laut : Pendahuluan

8.  Oke mulai ukur pasang surut, karena saya mengukur kedalaman laut maka pengukuran pasang surut di barengkan dengan ukur kedalaman. Bila ukur kedalaman 8 jam, maka pasut saya ukur 8 jam juga.
Ukur pasang surut per 1 jam, atau per 30 menit. Setiap jam atau 30 menit ambil 3 data dan nanti di rata-ratakan

9.  Mulailah pengukuran. Bila top level palem pasut sesuai (sama) dengan elevasi titik bantu, maka langsung bisa di ketahui level air laut pada kondisi LWS, dari LWS itulah bisa ditentukan pekerjaan selanjutnya misal akan membangun dermaga, bangunan pantai, atau rencana pengerukan (pengerukan biasanya 2,5 hingga 4 m di bawah LWS)

Bagaimana? Tidak sulit kan? Semoga membantu, pastikan menggunakan alat safety saat pengukuran.

- - - - - -

Kami menerima Jasa pengukuran Bathimetri ( Kedalaman Laut ) dan Topografi.
Data yang di dapat berupa kontur.
Pada bathimetri untuk Pekerjaan Pengerukan mulai dari ukur, pembuatan kontur, hingga pembuatan rencana volume kerukan. Selain itu juga menyewakan alat GPS map sounder 585 S (harga bersahabat)
Jika tertarik bisa menghubungi email driyogosains@gmail.com  atau hub.081225303501 (WA) mohon SMS dulu
Bisa juga kenalan melalui akun FB => klik disini
 

8 comments on “Pasang Surut : Pengukuran Pasang Surut Dan Korelasi Terhadap BM (Benchmark)”

  1. Kalau penentuan LWS dengan asumsi sudah ada BM cukup mengacu pada BM, selama BM masih berizin dan legal masih bisa di gunakan.

    Tapi kalau BM belum ada, lokasi masih buta dan harus membuat BM untuk menentukan LWS, maka mau tidak mau harus menggunakan prediksi pasang surut setidaknya 10 tahun

  2. Pengukuran pasang surut setau sayatdk seseder hana itu apa lagi untuk daerah yg jauh dari BM
    Biasaya pengukuran pasang surut yg akurat minimal harus 15 hari x 24 jam
    Dengan metode ini kita bisa mengukur duduk tengah
    Dari duduk tengah tersebut bila di daerah tersebut sudah ada perhitungsn pasang surut yg di keluarkan oleh hidral tni al maka lws bisa di temukan
    Masih panjang lagi ceritanya kalau mau menghitung lws
    Saya dulu kursus di hidral tni al

  3. Oh memang tidak sesederhna itu mas @mohammadsaid untuk mencari LWS. Kalau mas katanya 15 hari X 24 jam, saya dulu menghitung minimal 3600 hari x 24 jam. Atau 10 tahun

    dan saya kebetulan tidak hanya kursus, tapi 4 tahun mempelajarinya. Kalaupun hanya 2 minggu (15 hari x 24 jam) itu hanya data prmer yg belum bisa di pertanggung jawabkan. Tapi biasanya di perbolehkan selama "didampingi" data sekunder yang sedikitnya 10 tahun.

    Ini mengapa LWS berpacu di BM? karena kalau BM itu bener cara buatnya, si pembuat harus melakukan perhitungan pasut minimal 2 bulan primer dan 2 10 tahun sekunder. Dan itu legal untuk di jadikan patokan.Ini kalau membahas tentang LWS.

    Itu di atas juga sedang mengambil pasut primer tapi untuk kepentingan Penambahan parameter untuk penghitungan data kedalaman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © Driyogo.com
Designed & Optimized by AriefSEO 2022
Kontak WA